Jika Anda sudah selesai meliput dan
merasa senang dengan fakta serta data yang diperoleh, maka tinggal tugas
berikutnya menuliskannya dengan jelas. Prinsip utama dalam membuat berita
adalah clarity dan concise. Jelas, lugas dan lengkap. Secara teoritis memang
mudah dikatakan namun dalam praktek membutuhkan pengalaman dan sedikit
keahlian.
Lead berita adalah jendela untuk
melihat isi berita. Dengan membaca paragraf pertama yang sering disebut lead
ini makan pembaca diajak untuk memahami isi berita ini. Dengan penjelasan
singkat di paragraf pertama atau lead berita itu penulisnya berusaha mengajak
pembaca memasuki tubuh berita.
Lead bagaikan hidangan pembuka yang
akan mengajak pembaca menikmati kunyahan makanan dalam tubuh berita. Jika lead
itu terasa lezat, penuh informasi dan jelas maka pembaca ingin melihat lebih
lengkap dalam tubuh berita. Inilah tantangan utama jurnalis membuat lead yang
menyajikan berita secara komprehensif.
Prinsip lain yang perlu
dipertimbangkan adalah kesempatan pembaca yang serba ringkas. Pembaca surat
kabar atau majalah, tentu mengharapkan dalam satu paragraf bisa dipahami inti
dari ceritanya. Pembaca tidak hanya membaca satu atau dua berita di sebuah
media cetak, tetapi mungkin lebih dari sepuluh berita. Dengan cara membaca
cepat maka terdapat informasi yang segera bisa diraup. Disinilah juga lead
harus memainkan peran penting untuk “meringankan” beban pembaca sehingga lead
merupakan sebuah sajian yang mengalir.
Sesudah memahami prinsip dasar dalam menyajikan lead yang
segar dan mengalir, maka penulis berita harus mulai menyusun fakta-fakta yang
sudah didapat dilapangan. Prinsip 5W + 1 H tetap dipegang tetapi tidak secara
kaku. Tidak selalu urutan what, when, who, where, why dan how harus dipegang
secara pasti.
Jurnalis yang sudah sering meliput
berita akan mengetahui kapan what dan kapan who menjadi kalimat pertama dalam
lead.
Dalam insiden jatuhnya pesawat Adam Air di Sulawesi Barat,
maka kalimat pertama yang perlu disimpan adalah mengenai who dan when. Berapa
korban yang jatuh dalam musibah itu menjadi sangat penting karena menyangkut
jiwa manusia sampai sekitar 200 orang. Ini bukan jumlah yang sedikit.
Ketika pesawat Adam Air retak badan
pesawatnya di bandara Juanda, Surabaya, maka unsur who menjadi lebih turun
karena yang menjadi perhatian adalah what – yakni pesawat retak dan ekornya
patah – namun tidak jatuh korban jiwa.
Karena berita akan berjalan terus
maka urutan why dan how mungkin akan turun di belakang hari. Setelah black box
pesawat Garuda yang jatuh di Yogyakarta diperiksa di Amerika Serikat, maka
kalimat pertama mungkin akan cocok menempatkan why sebagai pembukanya.
Demikian juga dengan berita
“hardnews” lainnya maka teknik membuat lead yang tepat merupakan salah satu
rumus mengapa media satu lebih unggul dari media lainnya. Jika penulis berita
sendiri tidak mengerti lead yang ditulisnya, jangan harap pembaca akan lebih
mengerti. Jadi lead harus dimengeri wartawan lebih dahulu sehingga pembaca
merasa tidak menjadi beban melahap berita-berita baru setiap hari.
0 komentar:
Posting Komentar